ERDIKHA MORNING IDEA 29 NOVEMBER 2021
View PDF
29 Nov 2021

Banjir Sentimen Negatif, Mutasi Omicron? Bagaimana IHSG?

Pada akhir pekan lalu market ditutup melemah cukup signifikan akibat dari sentimen penemuan varian baru virus covid-19 di Afrilka yang diduga lebih mufah menular dan lebih tahan melawan antibodi. Selain itu, tidak hanya di Indonesia, Bursa saham Benua Asia atau bahkan Eropa, hingga AS juga ikut terkoreksi signifikan pada penutupan akhir pekan lalu. Indeks Dow Jones Industrial Average drop 905 poin (-2,5%) ke 34.899,34 setelah sempat tenggelam hingga 1.000 poin ke titik terendah hariannya. S&P 500 drop 2,27% ke 4.594,62. Sementara itu, Nasdaq terpelanting 2,23% ke 15.491,66. Alhasil, dalam sepekan, Dow Jones minus 1,97%, S&P 500 merosot 2,20%, dan Nasdaq anjlok 3,52%. Sentimen pertama yang perlu dicermati yaitu dari Eropa yang mana saat ini terfokus untukl mengatasi lonjakan kasus penyakit akibat dari covid-19, apalagi ditemukannya kasus varian baru di benua biru tersebut. Sentimen kedua yaitu masih terkait varian baru covid-19 yang mana akan berpotensi menjadi ancaman baru sehingga memaksa berbagai negara mualai membatasi kunjungan luar negeri, meskipun sebagian besar negara saat ini masih membatasi kedatangan dari beberapa negara Afrika bagian selatan, kecuali israel yang resmi menutup perbatasannya untuk kedatangan dari negara mana pun. Tiga negara besar di daratan Eropa yaitu Inggris, Jerman dan Italia menyebutkan telah menemukan kasus terkait Omicron pada hari Sabtu lalu. Selain itu ada juga Hong Kong dan Belgia yang melaporkan kasus terkait Omicron di masing-masing negara. Ketakutan akan ancaman gelombang baru dari varian Omicron mampu membuat bursa-bursa utama Asia rontok berjamaah, dengan depresiasi terbesar dialami indeks Hang Seng Hong Kong yang turun nyaris 3% pada perdagangan Jumat (26/11) lalu. Sentimen ketiga yaitu terkait percepatan tapering yang mungkin akan dilaksanakan oleh The Fed.Awal bulan ini The Fed memang telah mengumumkan untuk melakukan pengurangan US$ 15 miliar setiap bulan atas pembelian surat utang, dari total sebelumnya mencapai US$ 120 miliar per bulan. Kekhawatiran akan tinggi inflasi membaut bank sentral untuk bergerak lebih cepat dalam mengurangi program pembelian obligasi untuk memberikan fleksibelitas untuk menaikka suku bunga lebih cepat jika diperlukan. Sentimen keempat yaitu perkembangan harga komoditas, khususnya batu bara, CPO dan minyak mentah. Akhir pekan ini harga minyak AS jenis West Texas Intermediate (WTI) per barelnya juga anjlok US$ 10,24, atau 13,06%, menjadi US$ 68,15 pada Jumat (26/11) waktu AS dan merupakan salah satu penurunan tertajam sejak penutupan ekonomi global tahun lalu yang menyebabkan harga minyak berubah negatif untuk pertama kalinya di seluruh AS. Harga minyak mentah Brent juga ikut turun US$ 9,50, atau 11,55%, menjadi US$ 72,72 per barel akibat dari kekhawatiran terhadap pasar tentang kemungkinan pembatasan perjalanan global akibat kemunculan varian baru. Penurunan perjalanan dan potensi lockdown baru dapat menekan permintaan, tepat ketika pasokan akan meningkat. Selanjutnya, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) anjlok 2,97% di pekan ini, setelah pekan lalu sempat mengalami kenaikan tipis. Meski demikian, sepanjang tahun ini harga CPO melesat lebih dari 30%. Kontrak berjangka minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives diperkirakan akan diperdagangkan lebih rendah minggu depan di tengah kekhawatiran atas varian baru COVID-19 di Afrika Selatan yang mengurangi sentimen pasar. Sentimen kelima yaitu dari negeri yang akan minim sentimen. Setidaknya, ada dua rilis data yang akan ditunggu oleh investor adalah soal inflasi November RI dan indeks PMI Manufaktur November yang sama-sama akan terbit pada Rabu (1/12).Inflasi Indonesia per Oktober 2021 sebesar 1,66% secara tahunan (year on year/yoy). Ramalan pasar yang dihimpun Tradingeconomics menyebutkan, laju inflasi November 2021 sebesar 1,8%. Kemudian, indeks PMI Manufaktur RI diramal akan naik menjadi 57,4 pada November, dari posisi Oktober lalu di 57,2. Selain itu, yang bisa menjadi perhatian pelaku pasar domestik adalah kemungkinan diumumkannya diperbaharuinya pengetatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).




PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71

Jakarta Pusat 10340, Indonesia

Website : www.erdikha.com